Selembar Peraduan Pada Tuhan...

bolehkah aku mengadu padaMU? karena hanya Engkau tempat peraduanku. segala luka ini aku tak kuasa lagi menanggung dalam kesendirian. hidupku terlalu sulit.segala aral melilit hingga terkadang aku merasa emosiku melangit. aku lupa aku membara, dalam cengkraman kebencian dan hanya ada tangis di ujung jari jari yang tergigit. kembali aku menjadi gumpalan ombak yang tak mampu terkoyak. aku tak kuasa dalam berontak. meski aku ingin memberontak. tak pantaskah aku berkehendak??

bolehkah aku bertanya padaMU? karena hanya Engkau Maha Pendengar dari segala suara terkecilpun. hatiku berbisik. kelelahan ini tak sanggup lagi bertepi. kemana kiranya muara derita ini berakhir? bila ujung yang kutemui hanyalah kesunyian dan kehampaan senja semata. walau aku tahu ada mereka menemaniku. tapi tiada cinta mengaliri naluri jiwaku. tak pantaskah aku mencinta dan bercinta?

bolehkah aku meminta padaMU? karena sesungguhnya Engkau Maha Adil Tuhan.adakah kebahagiaan di ujung kehidupanku sebelum sebenar-benarnya pintu kematian terbuka lebar untukku. adakah kehangatan kasih sayang di akhir senjaku menjemput malam-malam gairahku sebelum kesunyian benar-benar menjadi sahabat bagi jiwaku yang terluka. adakah cinta yang semestinya untukku sebagai penawar derita sebelum aku benar-benar tenggelam dalam telaga kehancuran.

Tuhan...aku tak kuasa tuk berkata meski pada nyatanya terlalu banyak kata-kata yang terbungkam di pinggiran bibir ini. terlalu banyak kata-kata yang terbungkus kelukaan di tiap detakan jantungku. terlalu banyak kata-kata yang terikat oleh setiap sekat-sekat rongga dadaku yang sesak oleh luka. dan terlalu banyak kata-kata yang kusembunyikan dibalik senyum airmataku.

Tuhan...maafkanlah aku dan tunjukkanlah jalanku sebelum sebenar-benarnya aku kehilangan nyawa. Maha Besar Engkau dari segala hal yang menguasai deritaku, hempaskanlah ia dari rangkulan gundahku.Kuyakin Engkau kan memberiku sinar kebahagiaan. entah di dunia, entah di Surga. entahlah.....aku hanya ingin sekali lagi menundukkan kepala dan sujudkan segala yang ada sebagai penyembuh luka jiwa. kelak...agar hitam menjadi putih kembali.

Pencuri Hati

Kau sirami kembali bunga-bunga di taman hatiku…

Kau siram dan selalu kau beri pupuk…

Kau rawat dengan sepenuh jiwa ragamu…

Tak kau biarkan satupun bunga- itu kan layu…


Kau belai hatiku dengan tatap matamu…

Kau puja diriku dengan senyummu…

Kau hiasi jiwaku dengan kasih sayangmu…

Kau hapus semua kegundahan dalam diriku…


Jauh kau masuk ke dalam relung jiwaku…

Kau bawa diriku terbang dan melayang…

Kau kikis luka yang ada di hatiku…

Kau cairkan hatiku yang selama ini membeku…


Kini kau pergi dengan membawa sejuta impianku…

Kau bawa separuh jiwaku…

Entah kemana kau pergi…

Tak kuasa hatiku menahan rasa ini…


Kemana akan ku cari dirimu….

Lelah rasanya diri ini menantimu…

Mengapa kau bawa serta hatiku pergi…

Entah di mana akan ku temui sang pencuri hatku…

Mimpi Seekor Lalat

Lihatlah disana…

Sekuntum melati tumbuh dengan anggunnya…

Begitu indah parasnya…

Harum semerbak wanginya…


Begitu banyak kupu-kupu yang menemaninya…

Tapi mengapa sang kumbang hanya berterbangan di dekatnya…

Lebah-lebah pun hanya bisa menyaksika dari kejauhan..

Mengapa mereka tak mengambil sarinya…


Ingin rasanya aku menghapirinya…

menemaninya…

menghisap sarinya…

Dan menjaganya…


Tapi aku hanya seekor lalat…

Sedang disana sang kumbang selalu menunggu…

Sang lebah pun tak mau kalah dari sang lebah…

Mereka selalu menanti kesempatan itu datang…


Sedang aku hanya seekor lalat kecil yang kumal…

Tak ada yang bisa aku banggakan dari diriku…

Tak pantas rasanya aku bersaing dengan kumbang dan lebah-lebah itu…

Mereka begitu kuat dan besar…


Dulu aku pernah terbang kesini…

Di saat sang melati belum mekar seperti sekarang ini…

Kini ia tumbuh dengan begitu indahnya…

Kadang aku merasa menyasal meninggal tempat ini..


Tapi hasrat ini begitu besar…

Ingin sekali aku menyentuhnya…

Haruskah aku mengalah kepada mereka…

Pantaskah rasanya…


Aku hanya pendatang baru disini…

Akupun tak mempunyai sengatan seperti mereka…

Aku hanya di cap sebagai penyebar noda…

Penyebar penyakit…


Sudikah kiranya ia ku sentuh…

Sudikah kiranya ia memberikan sarinya…

Sudikah ia berbagi denganku…

Apa ini cuma hayalan seekor lalat saja…