Memetakan hati yang berubah-ubah
Kondisi setiap manusia selalu berubah-ubah .Ada kalanya semangat penuh kegairahan dan selalu terseyum memandang dunia yang penuh keindahan. dan haripun berubah karena kondisi keadaan semangat menjadi lentur menjadi turun dengan menjadi malas tidak ada kreativitas terdiam dan benar2 diam tanpa makna .menerawang tanpa ada kegairahan tak bernafsu memandang sesuatu. Begitu sublim tanpa daya dan upaya . Oh tak ada keriangan dankeceriaan . hari seakan hitam tertutup kabut tanpa keyakinan. oh sebuah keadaan tak meyenangkan. Memetakan hati yang berubah-ubah. selalu ada misteri di balik keadaan yang memilukan . Sebuah kecemasan yang beralasan tak memantulkan kesedihan di penghujung hari yang tak berawal dan berakhir.
Mimpi indah tentang kehidupan yang bahagia sebuah cermin diri yang memantul dalam bayang diri yang ingin mewujudkan sebuah kehidupan yang hakiki. Mimpi indah yang tak tertebak dalam kesunyian hati yang terus bergelut mengelembung seperti balon yang ditiup oleh angin hinga angin itupun menghancurkan keinginan yang tak berwujud hinga pecah dimakan waktu. Sebuah elegi hidup yang tak tertebak. Sebuah kenangan hari yang indah terus menari-nari. Tak ada upaya yang berarti sebuah kebodohan dirikah atau sebuah kenangan yang tak mampu terungkap.
Kemalasan kah atau menghindari sebuah kesalahan diri? tak mampukah belajar dari masa lalu yang selalu asik untuk dikenangan, Memetakan hati yang selalu berubah-ubah . Tak mampu terungkap dalam sebuah keriangan diri.Oh elegi kehidupan yang tak mampu tertangkap oleh mata telanjang.
Sebuah rencana hari yang indah untuk dutulis kembali diusik oleh hati , keegoisan diri terus dirembes oleh nurani yang mewujudkan kegelisahan dan memantulkan sebuah tindakan untuk di laksanakan. Sebuah rancangan diri yang memancar dari lubuk nurani. Kembalikan keriangan hati yang mewujud sebuah tujuan ilahi yang terus di sebar oleh nurani diri yang terus membuncah . Seyum terkembang hinga asa pun kembali
hadir.Ahai jiwa – jiwa nan kokoh akan membentuk diri dalam sebuah kepastian hidup yang merona merah . Terseyum simpul tuk mentari pagi
yang indah di panas pagi sambil mendengar burung berkicau meyapa diri ,sambut hari dengan hati yang rindu akan kebebasaan akan sebuah
penciptaan yang indah tentang cinta anak manusia yang terus ditulis dalam bait-bait senja hari terus berputar.
Untuk Ibu
Ibu...
Engkau wanita yang telah melahirkanku
merawatku,membesarkanku
mendidikku,hingga diriku telah dewasa
Ibu...
Engkau wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam
Ibu...
Engkau wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit,bila aku terjatuh
bila aku menangis,bila aku kesepian
Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku
Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu
Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku
Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu terlukis indah di dalam surga
Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu tiada terbalas
Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu,..
Untuk Ayah
Sedalam laut, seluas langit
cinta selalu tak bisa diukur
begitulah ayah mengurai waktu
meneteskan keringat dan rindunya untukku
Ayah pergi sangat pagi,kadang sampai pagi lagi
tapi saat pulang,ia tak lupa menjinjing pelangi
lalu dengan sabar,menguraikan warnanya
satu persatu padaku,dengan mata berbinar
Waktu memang tak akrab denganku dan ayah
tapi di dalam buku gambarku,tak pernah ada duka atau badai
hanya sederet sketsa tentang aku, ayah dan tawa
yang selalu bersama,...
Selembar Peraduan Pada Tuhan...
bolehkah aku mengadu padaMU? karena hanya Engkau tempat peraduanku. segala luka ini aku tak kuasa lagi menanggung dalam kesendirian. hidupku terlalu sulit.segala aral melilit hingga terkadang aku merasa emosiku melangit. aku lupa aku membara, dalam cengkraman kebencian dan hanya ada tangis di ujung jari jari yang tergigit. kembali aku menjadi gumpalan ombak yang tak mampu terkoyak. aku tak kuasa dalam berontak. meski aku ingin memberontak. tak pantaskah aku berkehendak??
bolehkah aku bertanya padaMU? karena hanya Engkau Maha Pendengar dari segala suara terkecilpun. hatiku berbisik. kelelahan ini tak sanggup lagi bertepi. kemana kiranya muara derita ini berakhir? bila ujung yang kutemui hanyalah kesunyian dan kehampaan senja semata. walau aku tahu ada mereka menemaniku. tapi tiada cinta mengaliri naluri jiwaku. tak pantaskah aku mencinta dan bercinta?
bolehkah aku meminta padaMU? karena sesungguhnya Engkau Maha Adil Tuhan.adakah kebahagiaan di ujung kehidupanku sebelum sebenar-benarnya pintu kematian terbuka lebar untukku. adakah kehangatan kasih sayang di akhir senjaku menjemput malam-malam gairahku sebelum kesunyian benar-benar menjadi sahabat bagi jiwaku yang terluka. adakah cinta yang semestinya untukku sebagai penawar derita sebelum aku benar-benar tenggelam dalam telaga kehancuran.
Tuhan...aku tak kuasa tuk berkata meski pada nyatanya terlalu banyak kata-kata yang terbungkam di pinggiran bibir ini. terlalu banyak kata-kata yang terbungkus kelukaan di tiap detakan jantungku. terlalu banyak kata-kata yang terikat oleh setiap sekat-sekat rongga dadaku yang sesak oleh luka. dan terlalu banyak kata-kata yang kusembunyikan dibalik senyum airmataku.
Tuhan...maafkanlah aku dan tunjukkanlah jalanku sebelum sebenar-benarnya aku kehilangan nyawa. Maha Besar Engkau dari segala hal yang menguasai deritaku, hempaskanlah ia dari rangkulan gundahku.Kuyakin Engkau kan memberiku sinar kebahagiaan. entah di dunia, entah di Surga. entahlah.....aku hanya ingin sekali lagi menundukkan kepala dan sujudkan segala yang ada sebagai penyembuh luka jiwa. kelak...agar hitam menjadi putih kembali.
bolehkah aku bertanya padaMU? karena hanya Engkau Maha Pendengar dari segala suara terkecilpun. hatiku berbisik. kelelahan ini tak sanggup lagi bertepi. kemana kiranya muara derita ini berakhir? bila ujung yang kutemui hanyalah kesunyian dan kehampaan senja semata. walau aku tahu ada mereka menemaniku. tapi tiada cinta mengaliri naluri jiwaku. tak pantaskah aku mencinta dan bercinta?
bolehkah aku meminta padaMU? karena sesungguhnya Engkau Maha Adil Tuhan.adakah kebahagiaan di ujung kehidupanku sebelum sebenar-benarnya pintu kematian terbuka lebar untukku. adakah kehangatan kasih sayang di akhir senjaku menjemput malam-malam gairahku sebelum kesunyian benar-benar menjadi sahabat bagi jiwaku yang terluka. adakah cinta yang semestinya untukku sebagai penawar derita sebelum aku benar-benar tenggelam dalam telaga kehancuran.
Tuhan...aku tak kuasa tuk berkata meski pada nyatanya terlalu banyak kata-kata yang terbungkam di pinggiran bibir ini. terlalu banyak kata-kata yang terbungkus kelukaan di tiap detakan jantungku. terlalu banyak kata-kata yang terikat oleh setiap sekat-sekat rongga dadaku yang sesak oleh luka. dan terlalu banyak kata-kata yang kusembunyikan dibalik senyum airmataku.
Tuhan...maafkanlah aku dan tunjukkanlah jalanku sebelum sebenar-benarnya aku kehilangan nyawa. Maha Besar Engkau dari segala hal yang menguasai deritaku, hempaskanlah ia dari rangkulan gundahku.Kuyakin Engkau kan memberiku sinar kebahagiaan. entah di dunia, entah di Surga. entahlah.....aku hanya ingin sekali lagi menundukkan kepala dan sujudkan segala yang ada sebagai penyembuh luka jiwa. kelak...agar hitam menjadi putih kembali.
Label:
Poetry and poem
Pencuri Hati
Kau sirami kembali bunga-bunga di taman hatiku…
Kau siram dan selalu kau beri pupuk…
Kau rawat dengan sepenuh jiwa ragamu…
Tak kau biarkan satupun bunga- itu kan layu…
Kau belai hatiku dengan tatap matamu…
Kau puja diriku dengan senyummu…
Kau hiasi jiwaku dengan kasih sayangmu…
Kau hapus semua kegundahan dalam diriku…
Jauh kau masuk ke dalam relung jiwaku…
Kau bawa diriku terbang dan melayang…
Kau kikis luka yang ada di hatiku…
Kau cairkan hatiku yang selama ini membeku…
Kini kau pergi dengan membawa sejuta impianku…
Kau bawa separuh jiwaku…
Entah kemana kau pergi…
Tak kuasa hatiku menahan rasa ini…
Kemana akan ku cari dirimu….
Lelah rasanya diri ini menantimu…
Mengapa kau bawa serta hatiku pergi…
Entah di mana akan ku temui sang pencuri hatku…
Kau siram dan selalu kau beri pupuk…
Kau rawat dengan sepenuh jiwa ragamu…
Tak kau biarkan satupun bunga- itu kan layu…
Kau belai hatiku dengan tatap matamu…
Kau puja diriku dengan senyummu…
Kau hiasi jiwaku dengan kasih sayangmu…
Kau hapus semua kegundahan dalam diriku…
Jauh kau masuk ke dalam relung jiwaku…
Kau bawa diriku terbang dan melayang…
Kau kikis luka yang ada di hatiku…
Kau cairkan hatiku yang selama ini membeku…
Kini kau pergi dengan membawa sejuta impianku…
Kau bawa separuh jiwaku…
Entah kemana kau pergi…
Tak kuasa hatiku menahan rasa ini…
Kemana akan ku cari dirimu….
Lelah rasanya diri ini menantimu…
Mengapa kau bawa serta hatiku pergi…
Entah di mana akan ku temui sang pencuri hatku…
Label:
Poetry and poem
Langganan:
Postingan (Atom)